Thursday, October 08, 2009

melahirkan enzo

2monthsHari ini Enzo ulang bulan yang kedua. Kuku2nya mulai panjang jadi tadi pagi kugunting dan Enzo bobo2 gak terganggu. Jadi ingat 2 bulan yang lalu waktu melahirkan Enzo. Perkiraan dokter Enzo lahir akhir Februari. Tapi aku ngajak Enzo lahir hari Minggu saja, biar santai dan ada papa yang nungguin. Enzo si baik hati memang penurut. Sabtu malam aku dan huby kontrol ke dr.Bambang. Dokter bilang harus stay karena sudah pembukaan 3 dan sudah ada darah.



Well, aku belum merasa apa2. Yang tegang malah my huby dan tante Anggi. Malam itu setelah ngabur sbentar bersama yummy huby ke tukang nasi goreng, aku check in di Anggrek I. Yummy huby kembali ke rumah untuk mengambil tas yg sudah aku siapkan dari kapan tahun, dan menjemput oma dan opa yang ingin menemani putrinya melahirkan. Sementara yummy huby pulang, aku berusaha tidur. Tapi gak bisa, secara ada ibu2 yg mau melahirkan begitu semangat jerit2, katanya mules banget udah bukaan 3. Aku jd tegang, aku jg bukaan 3 tp koq ga mules2 aja, jgn2 babyku kenapa2 di dlm sana. Aku menenangkan diri dengan mendengarkan murotal quran dari earphone-ku. Gak lama yummy huby, oma dan opa datang. Mereka berharap aku sudah melahirkan, harapan blm terkabul. Tidurku terganggu dengan kedatangan mereka dan protes opa tentang kondisi kamar inap. Setelah opa capek bercuap2 nyela2 kamarku, akupun tidur. Gak lama nurse datang dan memeriksa rahim dan kondisi bayi. Kejadian ini berulang2 dalam 1 malam membuat aku trauma. Kondisi rahimku masih bukaan 3 dan jantung bayiku normal - dan aku belum merasakan mules2.

Pukul 6 pagi darahku mulai banyak dan aku mulai merasakan kontraksi. Pukul 6.30 nurse memindahkanku ke ruang tindakan. Pukul 7 breakfast kutolak karena perutku berasa gak karuan, aku ‘hanya’ bisa menghabiskan 3 gelas susu dan 1 butir telur. Akhirnya aku diinfus.

And that’s it.

Aku merasakan mules2 jg akhirnya. Dengan posisi kaki yang mengenaskan akupun melahirkan. Didampingi oma di sebelah kanan saya dan huby di sebelah kiri saya (kayak cerdas cermat sambil mengangkang), para nurse di kaki kanan dan kiri juga di antaranya, dan nenek Emi sbg bidan di atas kepalaku — entah gmn blockingnya. Dokter masuk dan menepuk2 pundakku seraya berkata: ‘Ah kuat koq kuat. Bisa melahirkan normal. Yang semangat ya! Pinter..pinter!’. Lalu para nurse memberi contoh cara bernafas, sama seperti yg pernah kupelajari di kelas senam hamil– yg sptnya useless pd saat hari H.

Gak lama aku mendengar aba2 dari nurse untuk mengejan, membuka mata, dan SEMANGAT! Ayo! Jangan tidur! Ya! Pinter! Terus! Lagi! Ya! Bagus! Sedikit lagi! Ya Sayang! Ya, begitu Sayang! Ya! Pinter! (Well, aku rasa aku akan mati saat itu). Alhamdulillah! Laki-laki! Seru Nenek Emi.

Sejenak kukira aku sudah berada di atas awan bersama para malaikat. Ternyata I’m on earth, still there bersama para malaikat tak bersayap bermasker berjubah hijau yg mendampingi dan membantu persalinanku.

Enzo kecil begitu lancar dilahirkan, ‘hanya’ 2 jam stengah merasa mules. Aku mencium pipi Enzo, melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) sementara para nurse jahit menjahit di bawah sana. Hujan ciuman dari oma dan huby kurasakan. Enzo dipindahkan ke inkubator kemudian diadzankan oleh yummy huby. Sejenak aku merasa baru saja melahirkan jelly yang banyak sekali.

Terima kasih ya Enzo untuk kerja sama teamnya yg kompak. Terima kasih untuk menurut pada mama untuk lahir pada hari Minggu, untuk kesabarannya menunggu lahir pada saat didampingi papa, untuk pengertiannya tidak membuat mama mules2 berjam2 (2 stengah jam adalah waktu yg singkat untuk mules2 walopun it feels like forever), pokonya terima kasih ya Enzo untuk kesediaannya menjadikan mama dan papa sbg orang tua mu.. Love you, son!

No comments:

Post a Comment