Tuesday, June 20, 2017

Tea; A Hug in A Cup




Sejak punya anak sekitar 9 tahun lalu, bisa dikatakan saya tidak pernah ikut acara bukber lagi selain acara bukber di kantor. Pernah ikut 3 kali dalam 9 tahun ini, bukber  teman-teman SMA di Bandung, bukber The Urban Mama Bandung, dan bukber The Urban Muslimah di Jakarta. Sudah, itu saja.
Daripada berbuka puasa di luar, saya lebih suka berbuka puasa di rumah, bersama keluarga. Untuk urusan ibadahpun, lebih khusyu' bila dikerjakan di rumah. Waktu, tenaga, dan biaya juga lebih hemat :) Ya memang dasar saya orangnya rumahan banget, mager kalau ngga penting-penting amat. Malah salah satu sepupu saya pernah bilang, kalau ada kebakaranpun sepertinya saya akan tetap mengunci diri di dalam kamar. Lalu beberapa teman saya bilang, pasti kamu lagi kreatif teu puguh ya di kamar. Rasanya betah aja berlama-lama di kamar, di rumah. Bisa bebas ngapa-ngapain.
Menu berbuka juga standar, teh manis hangat dan makanan manis seperti kurma dan buah-buahan. Shalat Tarawih lebih suka di rumah, berjamaah bersama suami. Karena dia sampai rumah pasti di atas pukul 8 malam. Jadi bisa shalat tarawih dengan tenang, tidak terburu-buru. Enaknya jadi makmum, cuma ikut-ikutin gerakan dan bacaannya imam aja. Ga perlu mikir-mikir mau baca doa apa dan ga perlu ingat-ingat ini sudah rakaat keberapa :D
Sesekali di malam libur setelah Tarawih, kami pergi motoran berdua buat ngeteh-ngeteh manja di seputaran Cibubur. Tetap ya, minumnya teh manis hangat. Rasanya seperti dipeluk, hangat dan menenangkan sekali, ngeteh bersama orang-orang yang kita sayang. Ngobrol-ngobrol gak penting, kadang ngga ngobrol juga, cuma main-mainin HP menikmati malam.
Kalau sudah mulai digigitin nyamuk dan berasa masuk angin gitu, baru deh kita pulang.
Bagaimana dengan malam-malam Ramadanmu?

Friday, June 09, 2017

Maaf Ibu



Nonton video kolaborasi Anggun Cipta Sasmi & Andien Aisyah di lagu Kasih Ibu @PanteneID & Downy di http://tiny.cc/maafibu, membuat saya teringat pada almarhumah ibu.
Foto ini diambil suster RS sesaat setelah saya lahir. Ini foto favorit ibu, karena mata saya terbuka & sadar kamera! :)
Sejak saat itu, ibu yang selalu wangi & kuat ini adalah my very BFF.  Bersahabat dengannya selama 29 tahun, adalah my heaven on earth.
Hubungan saya dengan ibu adalah hubungan mother-daughter yang ideal, #RelationshipGoals kalau kata anak muda masa kini. 

Ibu adalah ibu peri, berlama-lama melewatkan waktu bersamanya adalah surga dunia. Menyenangkan. Rasanya saya tak perlu punya banyak-banyak teman di luar sana, cukup bersama ibu.
Ibu merawat saya dengan sangat baik, dari hal-hal besar sampai hal-hal kecil seperti perawatan rambut dan pakaian.
Saya ingat dari kecil saya terbiasa dikrimbat oleh ibu, memakai rempah-rempah kelapa, lidah buaya, urang aring, cemceman dan jeruk nipis. Ibu juga rajin mengepang rambut saya dengan model rupa-rupa dengan pita, bando dan jepit berwarna-warni :) Menurutnya rambut adalah mahkota, jadi harus dirawat agar sehat dan kuat. Kebiasaan merawat rambut ini terus berjalan sampai akhir hayatnya; kami memiliki jadwal ke salon setiap weekend.
Begitu pula dengan pakaian. Ibu suka sekali menjahitkan pakaian untuk saya. Saya akan mendesain modelnya dan ibu menjahitnya. Pakaian ibu selalu bagus-bagus dan wangi. Saya ingat saya sering memakai pakaian ibu dan ibu akan mendandani dan memotret saya. Sampai sekarang, saya masih menyimpan beberapa pakaian dan selimut ibu karena wanginya yang khas.
*****

Sampai saat ibu divonis menderita penyakit kanker tiroid stadium akhir, dan memilih tidak menceritakannya pada saya dan adik saya,  agar kami tidak khawatir.
Enam bulan sebelum kepergiannya, ibu berubah.  Lebih sering "pergi kencan" bersama bapak, sering melewatkan our pillow talk session, dan sering lupa pada hal-hal yang saya ceritakan.
Belakangan saya baru tahu bahwa penyakit ibu serius. Kencannya dengan bapak adalah hari-hari terberatnya untuk menemui dokter dan merencanakan operasi untuk mengangkat kankernya. Seringnya ibu melewatkan sesi pillow talk karena ia sedang mengonsumsi puluhan obat yang membuat ingatannya menurun drastis dan mudah mengantuk karena kanker yg dideritanya :(

Maaf Ibu, tak angkat telponmu. Menjawab ketus saat kau menelponku.
Maafkan aku, jarang beri waktu. Ngobrol denganmu, bertanya kabarmu.
Sering tak sabar saat kau bicara. Kadang lupa ulangtahunmu.
Maafkan aku, sering tidak pulang.
Sedang sibuk, selalu jadi alasan.

Ketika ibu dioperasi, saya sedang sibuk mengerjakan laporan di kantor sehingga tidak sempat mengecek HP dan membalas smsnya. 
Sesaat sebelum masuk ke ruang operasi, ibu mengirim teks:
"Ibu takut."
Setelah itu HP ibu dipegang bapak. Menyesal sekali tak sempat menjawab telepon ibu. 

Setelah itu hari-hari pasca operasi dan kemoterapi terasa berjalan lambat - membuat saya semakin jauh dari ibu, karena ibu lebih banyak melewatkan hari-harinya menginap di RS daripada di rumah. Katanya, di RS banyak perawat, dokter, juga alat-alat dan obat-obatan, jadi tidak perlu khawatir. Selain itu ibu juga tidak ingin merepotkan orang-orang di rumah untuk merawatnya.
Ketika menemani ibu dalam kondisi koma di rumah sakit, berbagai mesin dan alat bantu sudah menempel di tubuhnya. Dalam terpejam, dengan napas tersengal-sengal,  Ibu terlihat sangat kuat berjuang ingin segera sadar dan sembuh, agar bisa menjalani hari-hari serunya bersama saya ke salon, berbelanja, menemani ke dokter kandungan (karena saat itu saya sedang hamil tua), jalan-jalan dan baking bersama.

Saat itu saya sadar, begitu banyak pengorbanan ibu untuk saya. Saya harus segera melepas dan merelakan ibu untuk kebahagiaannya. Saya memeluk dan membisikkan #MaafIbu di telinganya.
#MaafIbu saya terlalu menuntut banyak, #MaafIbu saya tidak dapat  menemaninya di hari-hari terberatnya. 
Saya memeluknya lama sekali, saya menciumnya dan mengatakan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya selama hidupnya. Banyak sekali.
Dalam terpejam ibu mengeluarkan air mata dan esoknya 11 Mei 2009, ibu pergi dalam damai, dengan senyuman di wajah cantiknya.
We were raised by strong women.

#PanteneDownyXTUM
#TUMPhotoContest

Friday, May 26, 2017

10 Resep Mudah Meriah Blue Band No-Oven Cake and Cookie






Saya selalu jatuh cinta pada kue-kue kering Lebaran, terutama Kue Nastar, Kastengel dan Putri Salju. Rasanya Lebaran nggak lengkap tanpa kehadiran kue-kue kering itu. Kok bisa jatuh cinta? Karena saya memang punya memori istimewa tentang kue lebaran ini bersama Almarhumah Ibu.
Salah satu hobby Ibu adalah baking. Saya ingat ketika saya batita, Ibu mengajak saya baking. Ibu mendudukkan saya di atas meja makan, memberi saya cetakan dan penjepit kue, adonan, tepung, gula halus dan Blue Band. Maksudnya agar saya anteng bermain dan nggak ngedot melulu, juga agar Ibu bisa fokus mwmbuat kue. Tapi namanya anak-anak ya, begitu lihat Ibu sibuk, tangan saya iseng nyolek-nyolek gula dan Blue Band untuk dijilat-jilat,  dan akhirnya tangan saya tergores irisan kaleng Blue Band. Ingat kan, kemasan Blue Band jaman dulu yang penutup bagian atasnya harus diiris dulu untuk membukanya?
Ibu panik sekali, saya langsung digendong dan diobati pakai "obat merah". Saya menangis sekencang-kencangnya bukan karena sakit, tapi karena takut obat merah. Nah, takut obat merah ini gara-garanya Ibu menyapih saya dengan cara mengoleskan obat merah pada pay*d*ranya. Ibu lalu memeluk dan menyusui saya, agar saya tenang. Saya selalu ingat aroma tubuh Ibu yang wangi kue. Itulah mengapa sampai dewasa saya selalu suka mencium perut Ibu, karena enak seperti kue :)
Bekas luka di tangan kanan saya itu masih membekas sampai sekarang, tiap lihat bekas luka itu, saya selalu ingat wangi Ibu.
Sampai saya dewasa, Ibu selalu mengajak saya untuk baking bersamanya. Masuk Bulan Ramadhan, Bapak pasti sudah belanja berkardus-kardus bahan untuk membuat kue dan juga berkaleng-kaleng Blue Band. Sekitar dua minggu menjelang Lebaran, Ibu selalu membuat berstoples-stoples besar kue nastar berbentuk daun untuk dibagikan pada saudara-saudara Bapak di kampung. Ibu juga membuat berstoples-stoples nastar dan kastengel yang dipajang di lemari kaca, tutup stoplesnya disegel pake selotip, lalu lemari kacanya dikunci. Katanya itu untuk tamu Lebaran, dan saya juga kakak-kakak tidak diperbolehkan makan kue banyak-banyak, nanti sakit perut dan sakit gigi, katanya. Waktu itu saya sempat ngambek sama Ibu, rasanya nggak adil karena saya menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menjepit-jepit kue nastar berbentuk daun yang jumlahnya beratus-ratus setiap harinya. Selain itu saya pula yang harus membersihkan sisa baking di dapur, termasuk menyapu dan mengepel lantai yang lengket-lengket itu. Menurut Ibu dapur itu harus selalu bersih. Begitu pula dengan alat-alat bakingnya, termasuk membersihkan oven milik Ibu yang besar sekali. Kebayang kan, repotnya mencuci alat-alat baking? Lalu saya hanya kebagian kue-kue yang gagal, agak gosong-gosong, dan kue adonan terakhir yang ukurannya sengaja saya buat ukuran jumbo dengan isi selai nanas yang banyak! Hahaha...
Makin hari, kami hanya membuat sedikit kue saja, hanya untuk persediaan di rumah. Karena keluarga Bapak di kampung sudah pintar membuat nastar dan kastengel sendiri. Lalu  bentuk nastar yang kami buat bentuknya tidak daun lagi, lebih sederhana, hanya berbentuk bola dan diberi tangkai dari cengkeh. Lebih praktis, meskipun menurut Ibu tidak sempurna :) Puncaknya adalah saat malam takbiran. Bapak selalu minta dibuatkan kue tart untuk dimakan setelah shalat Ied. Jadilah saya dan Ibu selalu menghias kue tart sambil ikut bertakbir. Sesekali cekikikan sambil membahas kebiasaan Bapak yang selalu ingin dibuatkan kue tart untuk Lebaran. Kayak lagi ulang tahun aja, kata Ibu.
Namun meskipun proses pembuatan kue-kue lebaran penuh drama, momen seperti itulah yang ternyata ingin saya pertahankan. Selalu ada kue-kue lezat untuk dinikmati saat berkumpul bersama keluarga tercinta saat Lebaran.


Akhir pekan lalu The Urban Mama mengajak saya untuk mengikuti #TUMBloggerMeetUp di Lucy In The Sky kawasan SCBD dengan tema #ResepMudahMeriah bersama Blue Band Cake and Cookie. Menjelang Bulan Ramadhan, pasti banyak ibu-ibu yang ingin membuat kue Lebaran tapi alat masak yang dimiliki di rumah jumlahnya terbatas. Contohnya tidak punya oven.
Namun Blue Band memberi solusi dengan memperkenalkan 10 resep Blue Band No Oven Cake and Cookies (blueband.co.id/dapurnooven)
untuk membuat kue Lebaran tanpa harus menggunakan oven. Ternyata dengan panci pengukus (kukusan) di rumah, kita sudah bisa membuat kue yang sama lezatnya lho! Rahasianya adalah hanya dengan membasahi sedikit dasar panci dengan 2 sendok makan air agar tidak gosong.
Setelah melihat demo dari Chef Anjani, para peserta dibagi menjadi 6 kelompok dan ditantang untuk membuat kue yang sudah ditentukan. Kelompok saya diminta untuk membuat Kastengel yang resepnya bisa dilihat di blueband.co.id. Resepnya cukup mudah dimengerti. Kamipun langsung membagi tugas agar pekerjaan cepat selesai.




Sambil menunggu Kastengel yang sedang dikukus, kami menghias stoples dan mencicipi kue-kue Lebaran dari Blue Band yang tersedia. Resep-resep kue ini dikembangkan oleh Chef Anjani, untuk membantu para ibu agar bisa membuat kue Lebaran mudah meriah tanpa harus menggunakan oven.
Rasanya ternyata benar-benar seperti kue lebaran buatan Ibu! Bedanya adalah, No Oven Cake and Cookie ini lebih empuk, tidak se-crunchy kue yang dioven. Namun kue ini tidak hanya ‘cantik’ bentuknya, tapi memang mempertahankan cita rasa klasik. Mantap deh!
Jadi penasaran dengan hasil Kastengel yang kelompok kami buat :)


Blue Band Cake & Cookie ini dibuat khusus untuk membuat kue. Perpaduan sempurna margarin dan butter, sehingga memberi aroma harum dan rasa yang lembut khas butter, tanpa perlu menggunakan butter! Tersedia dalam 3 ukuran, 200 gram, 1 kg dan 2 kg dengan aksen berwarna oranye dan gambar kue pada kemasan.



Pada akhir acara, MC mengumumkan pemenang tantangan membuat kue. Senang sekali karena ternyata Kastengel dari kelompok saya jadi juara ketiga! Kami dapat hadiah stoples kaca dan voucher belanja. Benar-benar akhir pekan yang sangat menginspirasi, terimakasih Blue Band!
Untuk teman-teman yang ingin mencoba #ResepMudahMeriah Blue Band No Oven Cake and Cookie ini silakan langsung kunjungi  blueband.co.id/dapurnooven.

Friday, February 24, 2017

Aidijuma X World Hijab Day 2017; One Celebration in 5 Countries


#IStand4Hijab
Wearing Aidijuma Exclusive World Hijab Day 2017 Scarf
Alhamdulillah, tahun ini masuk tahun ke-19 saya mengenakan hijab. Mungkin awalnya karena terpaksa, karena Bapak dan Ibu yang dengan gigihnya memaksa, dengan berbagai bujukrayu sampai ancaman dan sogokan. Maklumlah, saat itu wanita berhijab hanya bisa dihitung dengan jari, hijab belum jadi pemandangan umum seperti saat ini. Namun seiring berjalannya waktu, seiring berkurangnya usia saya dan bertambahnya dosa saya, saya mulai sadar bahwa berhijab bukanlah pilihan, namun perintah Allah dalam Al Quran, sebagaimana tertulis dalam Surat Al Ahzab 59 dan An Nuur 31 yang wajib kita patuhi.


Makin hari saya makin bersyukur bahwa saya diberi nasib yang baik, ditempatkan di negara yang mendukung wanita berhijab, dan berada bersama dengan sahabat dan lingkungan yang mendukung hijab sebagai identitas utama muslimah. Dengan mengenakan hijab, saya merasa lebih aman karena tidak diganggu. Beberapa kali disapa dengan 'assalamu' alaikum' atau dengan panggilan bu haji (malah didoakan :)). Tentu saja saya merasa aman dan nyaman dengan berhijab begini.

Namun, hijab bukanlah satu-satunya cara agar muslimah aman dari bahaya. Kejahatan seksual tidak semata-mata terjadi karena pakaian atau atribut yang dikenakan oleh korban, tapi karena ulah penjahatnya - maka saya sepakat bahwa semua pemeluk agama, baik laki-laki maupun perempuan, wajib menjaga pandangannya, dan wajib dibekali nilai kemanusiaan yang kokoh sedari kecil.

Dengan berhijab, saya merasa lebih merdeka. Tidak perlu merasa resah untuk menutupi bagian tubuh saya yang terbuka ketika berada di depan umum, hijab membuat saya bebas merdeka. Merdeka dari pandangan orang yang menilai saya dari segi fisik. Saya tidak dinilai dari besar kecilnya betis, atau bagian tubuh lainnya. Orang akan mengukur saya dari kebaikan hati dan kecerdasan saya, bukan fisik. Dengan mengenakan hijab, kontrol ada di tangan saya. Hanya saya yang bisa mengontrol dan menentukan pria mana yang boleh atau tidak melihat aurat saya. Berhijab tidak pernah menghalangi muslimah untuk maju; berprofesi, berkiprah, berdaya dan bercahaya dalam kebaikan. 

Tentu saja hijab bukanlah satu-satunya indikator ketakwaan seseorang. Bagi saya, berhijab menjadi salah satu realisasi amaliyah dari keimanan. Tidak perlu saling cibir antara mereka yang sudah berhijab dengan yang belum mengenakannya, atau antara mereka yang hijabnya besar atau kecil, syar'i atau gaul. Kita kenakan saja sebaik dan sepantas mungkin, semampu kita karena hanya Allah lah yang berhak menilai siapa hambaNya yang lebih baik di antara kita. 


Jangan terlalu bangga dengan hijab, begitu pula jangan mencibir kalau memang belum mampu untuk mengenakannya. Hijab dapat terlihat buruk bila akhlak kita buruk. Semoga saya tidak termasuk ke dalam golongan muslimah yang merusak citra Islam dengan hijab yang saya kenakan. Saya pribadi tidak setuju dengan ungkapan sejenis ini 
"Yang penting hati dulu yang berhijab, daripada berhijab tapi kelakuannya buruk begitu". 
Saya yakin tubuh kita diciptakan Allah dengan utuh, jadi tidak ada pemisahan antara hati dan kepala. Pernyataan sejenis itu tentu menyinggung saudari-saudari kita yang berhijab. Kita semua berproses, dan kita semua juga bukan mahluk suci tanpa dosa. Hanya Allah Yang Maha Tahu.
Sebagai bagian dari umat Islam yang besar ini, hijab bukanlah masalah yang perlu dibesar-besarkan. 
Kenakan dengan kesadaran dan kesederhanaan. Jangan saling mengejek mereka sudah atau belum berhijab dengan benar. 
Kewajiban kitalah untuk merangkul dan memberikan informasi yang baik dan benar tentang hijab.


Bersama hijabi sisters; Siska Knoch & Zata Ligouw

Saya sangat bersyukur karena tahun ini berkesempatan menjadi bagian dari Aidijuma X World Hijab Day di Bebop Food Studio Tebet Jakarta 19 Februari 2017 lalu. Acara ini merupakan persembahan Aidijuma dengan Think Fashion Istanbul Turki (@thinkfashionco) by Franka Soeria untuk memperingati World Hijab Day sebagai bagian dari charity dan empowerment event Aidijuma di Bulan Februari yang bertemakan #SpreadLove. 


Siska Knoch sebagai MC,
bersama Nesa Aqila, Shirin dan Darin

Sharing session dan talkshow ini menampilkan influencer terkemuka Nesa Aqila (Putri Muslimah Indonesia) dan kakak beradik Shirin Al-Athrus (@shireeenz) dan Safinah Darin Al Athrus (@darieenz).
Di sesi ini ketiga muslimah cantik dan cerdas ini berbagi pengalaman indahnya selama berhijab dan berbagai tantangan yang dihadapi karena berhijab. Bagi mereka, hijab tidak menghalangi mereka untuk berkiprah dalam kebaikan. Mereka juga berbagi tips agar percaya diri mengenakan hijab, dan berbagi tutorial mengenakan hijab untuk ke pesta dan untuk kegiatan praktis sehari-hari. 



Hijab Tutorial by Putri Muslimah Indonesia Nesa Aqila

Di event ini juga, saya mendapat Aidijuma Scarf, satu dari 100 scarf yang diproduksi secara ekslusive untuk program charity and empowerment World Hijab Day 2017 di Indonesia. Exclusive Edition Aidijuma Scarf ini diproduksi untuk mendukung World Hijab Day yang merupakan bentuk charity Aidijuma untuk wanita berhijab di dunia. Diproduksi total 10.000 pieces untuk dijual untuk charity dan untuk dibagikan secara serentak di 5 negara penyelenggara World Hijab Day 2017: U.K., Brunei Darusalam, Turkey, Malaysia dan Indonesia.

Aidijuma Scarf telah menjadi merek scarf Malaysia terkemuka sejak 2012 melalui berbagai produk dari bawal (voile) dan syal satin. Pendiri dan CEO-nya Datin Norjuma Habib Mohamed bertujuan untuk menjadikan Aidijuma Scarf sebagai Perusahaan Scarf No 1 di dunia. Dengan cetakan yang indah, multi-gaya (twist and wear), inovasi desain dan harga terbaik di kota sebagai identitasnya, Aidijuma telah meroket menjadi salah satu merek syal yang terlaris di Asia Tenggara. Aidijuma Scarf memiliki lebih dari 20 toko di Malaysia dan 1 di Brunei Darussalam.
Aidijuma Scarf terus berpartisipasi dalam kegiatan charity and women empowerment. Aidijuma terkenal sebagai empowerment platform dengan tagline mereka 'Wear It As You ' dan trending hashtagnya #scarfwithsoul.

Aidijuma X World Hijab Day Scarf
Resep sukses lain dari Aidijuma Scarf adalah pendekatan pemasarannya yang unik. Aidijuma terus melakukan kegiatan dengan keterlibatan yang tinggi,diantaranya adalah mencetak sejarah di Malaysia Book of Records dengan membuat barisan scarf terpanjang di Malaysia dan berpartisipasi dalam fashion show dan pameran di luar negeri; Plitz New York Fashion Week, London Muslim Lifestyle Show dan Istanbul Modest Fashion Week. Dengan pencapaian tersebut, di Bulan Februari ini, Aidijuma Scarf mendapat kehormatan untuk mensponsori World Hijab Day yang diselenggarakan serentak di di 5 negara dengan nama Aidijuma X World Hijab Day.


World Hijab Day (WHD) merupakan acara tahunan yang dirayakan setiap tanggal 1 Februari. Pada hari itu kita dapat menunjukkan solidaritas kita kepada Muslimah di seluruh dunia. Dengan misi untuk menciptakan dunia yang damai, tempat warga global saling menghormati, WHD telah mendapatkan banyak dukungan dari seluruh dunia. Dimulai dari tahun 2012 oleh Nazma Khan di New York, kini WHD telah memiliki ribuan sukarelawan yang tersebar di seluruh dunia dan memiliki lebih dari 70 WHD Ambassadors dari 45 negara dan telah disahkan oleh ulama, politisi dan selebriti dari seluruh dunia. Tahun ini, WHD menggunakan hashtag # IStand4Hijab untuk menunjukkan dukungan terhadap Islamophobia dan diskriminasi terhadap muslimah terutama di negara Barat.

"World Hijab Day adalah ide yang cerdas. Agar kita memiliki masa depan dengan kondisi yang saling menghormati dan menghargai muslimah berhijab. Muslimah yang memiliki satu tujuan: mendapat ridho Allah. Hijab bukanlah tentang gerakan mode semata, atau hanya bisnis yang berorientasi profit, tapi benar-benar refleksi dari pilihan hidup, gaya hidup dan prinsip hidupan. Inilah hal terpenting bagi Aidijuma Scarf dalam bergabung di WHD- untuk berbagi aspirasi yang sama, "kata Datin Norjuma Habib Mohamed tentang kolaborasi Aidijuma X Hari Hijab Dunia.

Pendiri WHD Nazma Khan juga menyampaikan penghargaannya untuk kolaborasi menarik ini, 
"World Hijab Day bangga berkolaborasi dengan Aidijuma untuk membawa misi kesadaran tentang hijab".

World Hijab Day diselenggarakan dengan dukungan dari mitra di 5 negara di sepanjang Bulan Februari ini. Aidijuma X World Hijab Day dimulai pada 5 February di London. Dilanjutkan perayaannya di Indonesia, Turki dan Brunei  pada 19 Februari, dan akan ditutup pada tanggal 26 Februari lalu di Malaysia.



#SpreadLove

Marilah maju dengan berhijab; berprofesi, berkiprah, berdaya dan bercahaya dalam kebaikan.
Mari sebarkan cinta dan rasa saling menghormati pada bulan Februari ini, dan dukung saudari muslimah di seluruh dunia bersama Aidijuma X World Hijab Day!  




Untuk informasi lebih lanjut tentang Aidijuma, silahkan kunjungi
Website: Aidijuma.com
Instagram: @aidijuma
Halaman Facebook: Aidijuma Scarf

Monday, February 20, 2017

Blessed


Hari ini saya dan Dea berulang tahun. Kami memang saudara kembar yang terpaut usia 12 tahun. Cute, eh?

Selama menjadi kakaknya, tentu saja saya tidak selalu senang bersamanya, ada saja hal2 yg membuat saya jealous. Berbagai hal yang karenanya yang membuat saya gagal menjadi anak bungsu.
Begitu juga dengannya. Sebagai saudara, pasti ada saja perkataan atau perbuatan saya yang membuat luka fisik, ataupun luka di hatinya.
Masa kecil kami lalui dengan tiada hari tanpa bercanda, kerap kali keterlaluan. Tiada hari tanpa menyuruh-nyuruh, membentak ataupun memarahinya. Bahkan, mempermalukannya.


Tapiiii...
Dea tumbuh jadi wanita yang cerdas, pemaaf, dan penyayang. Cantik lahir bathin. Tiada seharipun saya lupa mendoakan yang terbaik baginya.
She's so lovely. Smart, kind and fun! Gmz bgt.
Yah, namanya juga kakak. Selalu bangga ama adiknya. Apalagi saat Dea merawat Bapak dari mulai sakit, meninggal, dan mengurus semua peninggalan bapak sampai saat ini. Salut deh.
She's here for a reason.
We're blessed to have her.
Happy birthday to the best sissy in the world!


***


Biasanya, saya melakukan birthday run. Tapi berhubung seharian hujan deras dan jalanan licin, hari ini sepulang ritual antar jemput anak sekolah dan les, saya hanya goler-goler di rumah. Birthday run bisa besok, lusa, atau kapan-kapan. Tidak perlu dipaksakan. Santai saja, bisa diganti dengan olahraga lain. Yang penting dengan bertambahnya usia, makin sadar dan konsisten untuk menerapkan pola hidup sehat.
Banyak hal yang saya syukuri, kesehatan, keluarga yg utuh, suami, anak-anak, saudara, sahabat dan tempat yang baik dan diberkati, juga nasib yang baik.
Alhamdulillah.


Monday, February 13, 2017

Have a Very Sweet Heaventeen V-Day, Bapak!


It's February!
Dan blog saya berdebu.
Sejak Bapak sakit dan akhirnya pulang ke sisi Allah SWT Agustus  lalu, blog ini memang jarang saya rawat. Maaf ya :) Bukannya tak ingin menulis, tapi entahlah, rasanya masih susah untuk move on dari cinta pertama saya, Bapak di sorga :)


Saya selalu menyukai Bulan Februari. Bukan saja karena seluruh dunia merayakan Hari Kasih Sayang, tapi juga karena di bulan ini Bapak, saya dan Dea berulang tahun. Bapak termasuk orang yang keras dan cenderung konservatif dalam urusan merayakan hari valentine ini, tapi mau tidak mau tetap saja kami merayakannya, karena Bapak berulang tahun di hari  ini.
Sesuai dengan hari lahirnya, di balik kegalakan Bapak yang lebat itu tersimpan jiwa romancheez dan penyayang. He is a lover. 

Bapaklah yang dengan tegas (baca: "marah-marah") mengajari saya cara mengendarai sepeda, menyetir mobil, memasak, sampai cara memandikan Enzo dan Dante saat mereka bayi dan batita dulu. Entah jadi apa saya saat ini bila Bapak tidak pernah mendampingi saya.
Bapak adalah orang yang kuat. Sabar dan tabah. Sehari sebelum kepulangannya, Bapak menelepon dan kami mengobrol lama. Bapak meminta kami datang, karena Bapak ingin segera pulang. Bapak meminta maaf, berterima kasih karena telah merawatnya, dan mengatakan bahwa saya adalah anak sholeha yang Allah hadiahkan untuknya. Setelah menutup telepon, tak henti-henti saya berdoa agar Allah mengampuni dosa Bapak, dan mengangkat semua beban dan sakitnya. Esok harinya, Bapak pulang dengan tenang.


kini hari-hari Bapak adalah hari kasih sayang. Selamat merayakan kasih sayang Allah di sorga-Nya!
Have a very sweet heaventeen V-Day, Bapak!