Wednesday, April 02, 2014

Pak Maryoso

 foto-foto dari facebook page Pak Maryoso

Notifikasi group  Sastra Inggris di facebook menyala, biasanya saya diamkan. Tapi kali ini lain, saya membukanya (walaupun hanya sekilas membacanya). Mata saya tertuju pada friendlist yang ada di group; Maryoso Gozo. Ah, kangen sekali dengan Pak Guru rendah hati dan sederhana kesayangan saya ini. Tenggorokan saya seperti menyempit, mata saya basah. Semoga Bapak tenang dan senang saat ini di sana. 

Pak Maryoso ini dosen kesayangan saya - dan hampir semua mahasiswanya, saya rasa. Orangnya sederhana, sabar, lucu dan cerdas. Saya ingat, Pak Maryoso rajin sekali menelepon ke rumah, mengajak saya untuk bimbingan skripsi. Terbalik ya, saat saya kuliah dulu, biasanya mahasiswa yang sulit menghubungi dosen pembimbing.

Pak Maryoso memang begitu,
"Kamu nggak usah repot-repot telpon saya, biar saya aja yang nyariin kamu utk bimbingan ya!".
"Gimana, mau wisuda bulan depan nggak? Saya besok ada di perpustakaan seharian. Kalau sudah sampai, kita bimbingan di kantin saja ya! Mau ditraktir apa? Cuankie? Mie ayam? ".

Keren banget kan, jadwal bimbingan skripsi dengan Pak Yos adalah saat yang dinanti. Selama bimbingan skripsi oleh beliau, saya nggak pernah direpotkan dengan urusan telepon atau bimbingan di rumahnya, ataupun di dalam ruangan kelas. Kalau tidak di kantin, yang pastinya ditraktir dan dipaksa makan yang banyak - dulu badan saya tipis banget, nggak kayak sekarang, jadi setiap orang yang lihat bawaannya pengen ngasih makan - pasti di teras perpustakaan, duduk-duduk di bawah pohon rindang sambil makan cuanki Unpad yang murah meriah enak lejat dan full MSG, dan teuteup ya...ditraktir!
Ditraktirnya sambil dinyanyiin pula! Pak Yos biasanya memainkan gitarnya sambil menyanyikan lagu grammar:
"Do did do did done, done... do did do did done..."
Atau memainkan gitar sambil menyanyi dan berpuisi tentang apa saja yang terpikir saat itu, salah satunya tentang mentari yang baik hati.
Yes, He's so lovely!

Bukan itu saja, skripsi saya dari halaman depan sampai akhir dirombaknya dengan rapi. Synopsis dan Abstract pun, beliau yang bikin :D  Saya ingat, saat itu saya sedang berisik cerita apaaa gitu, lalu Pak Yos memberi pinjam pen nya dan menyuruh saya diam dan mencatat.
"Kamu diam ya, saya mau ngomong. Kamu catat dan ingat-ingat apa yang saya omongin."
Setiap selesai satu sesi bimbingan, selalu berbunga-bunga, penuh semangat dan tambah percaya diri, - dan kenyang karena selalu ditraktir makan cuanki.

Apalagi Pak Yos selalu bilang,
"Kalau rapi begini sih harusnya bulan depan kamu sudah bisa ikut wisuda!".
Ya iya lah rapi Pak, kan Bapak yang mengerjakannya :)

Sesaat setelah sidang sarjana, sempat saya tidak semangat, rasanya tidak puas dengan jawaban-jawaban saya sendiri saat menghadapi pertanyaan dari para dosen penguji. Pak Maryoso menghampiri saya, duduk menemani dan tidak membahas apapun yang berhubungan dengan skripsi dan sidang.

Beliau hanya mengikuti semua gerakan saya, lalu memandang langit, dan mengatakan
"Apapun yang terjadi, matahari tetap bersinar. Maka tersenyumlah...bla bla bla...".
Saya tidak ingat lagi apa katanya, karena saya keburu tertawa geli melihat gayanya berpuisi. Iyaaa...serius, pake gaya! Tangannya bergerak-gerak seperti sedang deklamasi di depan kelas.

Selama bimbingan skripsi dengan beliau, saya tidak pernah direpotkan dengan membawa "upeti". Beberapa teman, repot sekali bawa buah-buahan atau kue kesukaan dosen pembimbing skripsinya. Pak Yos bilang, nanti saja kalau saya sudah lulus, bekerja dan memiliki gaji sendiri, baru deh boleh ngasih-ngasih ke Pak Yos.
"Kalau mau ngasih-ngasih, nanti saja setelah kamu bekerja dan punya gaji sendiri. Jadi ngasih-ngasih ini-itunya bisa berkali-kali, nggak cuma sekali ini, lalu selesai, nggak ingat lagi sama saya."
Setelah bekerja, saya nggak pernah lagi ketemu Pak Yos. Saya hanya menitipkan hadiah-hadiah kecil untuknya melalui tetangga-tetangga sekitar rumah yang kebetulan menjadi mahasiswa Pak Yos. Selalu ada perasaan hangat saat mendengar bahwa Pak Yos memakai baju-baju yang saya beri, dan rasanya bangga sekali ternyata Pak Yos suka bercerita tentang saya kepada anak didiknya dan betapa bangganya Pak Yos sama saya :')

Percakapan terakhir dengan Pak Yos melalui telepon, Pak Yos mengucapkan terima kasih, hadiahnya sudah sampai, dan saya juga mengucapkan terima kasih berulang-ulang.
Saya yakin saat ini Pak Yos sedang main gitar sambil menyanyi dan berpuisi di surga-Nya.
Semoga saja. Aamiin.


“Sharing tales of those we've lost is how we keep from really losing them.”
Mitch Albom

11 comments:

  1. Duh...enak banget deh punya dosen kayak gitu ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. @sheetavia: iyaa.. dosen kesayangan.

      Delete
  2. Ya ampuun berkaca2 bacanya..saya juga mau begitu ah nanti kalau punya mahasiswa yg dibimbing thesis..supaya mahasiswanya punya perasaan senang dibimbing dosen seperti yg dditulis mbak eka.

    ReplyDelete
  3. Resna, iya senang sekali punya kesempatan dibimbing sama beliau. Nggak merasa digurui, kayak ke bapak sendiri. Aamiin, semoga resna juga bisa jadi dosen yg jauh lebih baik ya!

    ReplyDelete
  4. mbak eka, aduh saya sampe mau nangis baca postingan yg ini *mewek mode on. Such an inspiring story mbak :) thank u for sharing

    ReplyDelete
    Replies
    1. padni, makasih udah sempet mampir baca2 di sini. iya ini waktu nulis ini memang saya lagi kangen sama beliau. lagi mikirin makin dikit aja guru yang bersikap seperti pendidik spt beliau. jadi tulisannya agak2 emosional hihihi.. tapi asli kok, pak yos ini memang guru yg patut diteladani.

      Delete
    2. eh iya, lupa bilang.. padni aku kan fans kamoh.. hihihi..

      Delete
  5. Eka, jadi terharu bacanya. Turut berduka cita ya mamah, semoga Alm diterima segala amal ibadahnya. Amin

    ReplyDelete
  6. Teh Eka, Bapak dosennya hangat dan menyenangkan.. Keren ada dosen sehangat itu :)

    ReplyDelete